Kenapa Aku Futur?!

# Suatu sore di halaqoh tahfidz
Murid : "Ustadz hari ini saya tidak setoran dulu yaa?! Soalnya belum muroja'ah sama nambah hafalan "
Ustadz : "bukannya kemarin libur? Hari yang bisa dimanfaatkan buat muroja'ah dan nambah hafalan baru?!"
Murid :" hehe lagi ngga mood ust, banyak agenda, acara, kegiatan dsb"
Ustadz : " ))"

Pembaca yang dirahmati Allah Subhanahu Wa Ta’aala , sudah tidak asing lagi bagi kita terutama yang sudah atau yang baru berkecimbung dalam dunia menghafalkan Al-Qur'an, maju mundur pasti akan dilalui setiap orang yang menghafalkan Al-Qur'an, bahkan kita sendiri tidak luput dari itu semua.

Berbagai alasan akan keluar untuk mendapatkan keringanan serta syafaat dari sang tutor. Sesuatu yang lumrah dan menyakitkan ketika kita tidak bisa menambah hafalan serta muroja'ah pada waktu yang luang, apakah itu semua disebabkan factor luar ataukah berasal dari diri kita? Iya kesibukan cukup membuat kita sibuk, tetapi mengapa kesibukan membuat kita meninggalkan suatu ibadah?

Apakah kesibukan tersebut lebih berharga bagi diri kita yang akan membawa kepada ketenangan jiwa serta kebaikan? Kembali kepada persoalan yang kita hadapi, pada saat seseorang melakukan suatu ibadah diluar ibadah wajib, sudah sewajar bila seseorang mengalami kemalasan atau bisa di namakan futur. Apa kaitan futur dengan ibadah yang kita kerjakan?

Futur merupakan suatu penyakit yang melanda sebagian dari kita atau bahkan semua umat manusia, putus selepas sambung atau berhenti ketika melakukan rutinitas. Amalan rutinitas yang dilakukan setiap saat ketika dilanda futur maka akan berhenti dan berat untuk menyambung atau melakukanya kembali.

Suatu ibadah yang dikerjakan akan terasa nyaman, indah takkala dilakukan atas dasar kemurnia jiwa, artinya mengharap ridho Allah Subhanahu Wa Ta’aala , futur merupakan suatu virus yang mematahkan amanlan ibadah kita, dikarnakan beberapa faktor yang harus senantiasa kita hindari. Berikut beberapa faktor yang menyebabkan seseorang mengalami futur :

1. Niat yang salah
Niat merupakan sebuah pintu untuk melalukan suatu amalan, dengan niat seseorang akan memastikan jalur mana yang akan dipilih, kebaikan atau kah keburukan. Tolak ukur suatu amalan atau diterima tidaknya suatu amalan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’aala adalah niat. Kita bisa menilai setiap kesempatan dalam melakukan amalan dengan penuh semangat, kita bisa mendapatkan kemajuan dalam beramal takkalan setiap saat ketika melakuakn suatu amalan memberbarui niat walau amalan tersebut sama dengan yang kita lakukan kemarin. Karen kita tidak bisa pastikan apakah niat di awal akan sama dikemudian harinya tanpa kita perbarui?

Dalam firmaNya yang artinya : Katakanlah "Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah Subhanahu Wa Ta’aala , Tuhan semesta alam" (Al-An'am : 162)

Iman merupakah pondasi takkala seseorang melakukan suatu amalan, ketika ia memiliki keimana yang kuat maka niat yang ia pijak akan tertuju kepadaNya. Amaln tidak akan berhenti dan terputus samapai ia mencapai apa yang ia inginkan, karena tujuan adalah cerminan dari niat.

Niat yang salah sudah tentuk akan merusak tatanan amalan kita, niat yang salah merupakan fatamorgana hati, nikmat dirasakan tapi buruk ketika mendapatkanya, amalan yang di dasari agar dipandang oleh orang lain terasa nikmat nan indah, tapi ketika ia mendapatkanya maka murka Allah Subhanahu Wa Ta’aala yang ia hadapi.

Niat yang salah akan senatiasa mingikis langkah kita dalam beramal, perlahan – lahan akan membuat malas untuk mengerjakanya dan akhirnya akan menjadikan kita berhenti dalam mengerjakanya. Merupakan kerugian yang amat besar takkala dalam keseharian kita berhenti mengerjakan suatu amalan yang mana amalan tersebut begitu mulia dihadapan Allah Subhanahu Wa Ta’aala dan begitu banyak keutaman – keutaman yang terkandung di dalamnya.

2. Tekat yang kurang
Tekat yang kuat merupakan kekuatan dalam diri untuk melakukan segala sesuatu, laju suatu kendaraan sangatlah berpengaruh pada power speednya, takkala kecepatanya Cuma 30km/jam maka laju mobil sangatlah lambat, berbeda dengan mobil yang ngelaju dengan kecepatan 100km/jam, sangat cepat dan akan cepat mencapai tujuan.

Pada saat menghafalkan A-Qur'an setidaknya kita memulai dengan niat serta tekat yang kuat dan benar-benar jujur dapa diri sendiri bahwasanya keinginan untuk menjadi penghafal Al-Qur'an tidaklah sebatas keinginan belakang. Tekat yang kurang akan mempengaruhi laju usaha dalam memperoleh keinginan, semakin lemah tekat kita maka prosesi menghafal akan terhambat dan akan menyebabkan kita futur berkepanjangan.

3. Melakukan maksiat tanpa ia sadari
Ibnu abbas berkata :
"Sesungguhnya ketika engkau tertawa saat melakukan maksiat sedangkan engkau tidak tahu apa yang akan Allah Subhanahu Wa Ta’aala lakukan atasmu adalah jauh lebih besar dosanya dari dosa dan maksiat itu sendiri"

Maksiat merupakan perkara yang sangat besar yang harus dihindari oleh seluruh umat manusia, tidak hanya ia melakukan kesalahan terhadap dirinya tapi terhadap Sang Maha Kuasa, ia melakukan perbuatan yang dilarangNya. Murka serta kemarahan Allah Subhanahu Wa Ta’aala akan menimpanya Buah yang ditimbulkan dari maksiat akan berpengaruh terhadapa aktivitas yang kita lakukan. Merupakan suatu noda hitam yang akan membuat kertas putih menjadi hitam. Hati yang selalu kita bawa kepada kebaikan membuat ia cerah akan menjadi gelap takkala melakukan kemasiatan.

Hal yang perlu diwaspadai bukalah yang Nampak, tetapi yang tidak Nampak, karena bagi kita sebagai penghafal Al-Qur'an sangat tidak mungkin melakukan kemaksiatan yang Nampak seperti mencuri, membunuh, meninggalkan puasa dsb, dikarnakan intraksi kita dengan Al-Qur'an yang menjaga kita. Akan tetapi hal-hal yang perlu kita perhatikan adalah melakukan maksiat yang tidak kita sadari seperti ghibah, berbohong, dengki, hasad dsb. Kemaksiatan yang kecil begitu besarnya mempengaruhi amalan kita bagaimana yang besar.

Kebiasana kita dalam menghafalkan Al-Qur'an menjadikan kita mulia, ketika dibarengi dengan kemasiatan maka sedikit demi sedikit kemulian tersebut akan luntur, karena cahaya dan kegelapan tidak pernah bertemu. Ketika hal tersebut sudah mengenai kita, maka tanpa kita sadari kita akan malas menghafalkan Al-Qur'an.

4. Tidak konsisten dalam menjalankan
Ibarat badan yang sudah lama tidak berolahraga kemudian melakukan olahraga, menghafalkan Al-Qur'an membutukan proses yang panjang dan terus menerus, kebiasaan dalam menghafalkan Al-Qur'an akan mempercepat dan membuat seseorang enjoy dalam menghafal. Oleh karena itu sangat diperlukan jadwal yang tetap serta tekat kuat untuk menjalankan itu semua. Ketidak konsisten seseorang dalam melakukan amalan akan mengakibatkan futur bahkan bisa menyebabkan diri kita meninggalkan amalan tersebut.

Dari Aisyah ummul mukminin berkata,

Rasulullah bersabda :"Amalan yang paling dicintai oleh Allah Subhanahu Wa Ta’aala adalah amalan yang kontinyu walau sedikit. (HR Muslim)

Dari hadist tersebut dapat kita simpulkan bahwasanya segala sesuatu yang kita kerjakan dengan mengharap ridho Allah Subhanahu Wa Ta’aala dan kita kerjakan dengan skala yang sedikit akan tetapi kontinyu sangatlah dicintai oleh Allah Subhanahu Wa Ta’aala. Ketidak konsistennya kita dalam menghafal atau beramal akan mengakibatkan kemalasan.

5. Lingkungan
Lingkungan merupakan suatu wadah yang menepatkan kita untuk beraktvitas, lingkungan yang baik akan mempengaruhi prosesi hafalan kita, saat dimana lingkungan mendukung dalam arti nyaman, kondusif, tidak bising, teman banyak, asri dsb itu semua akan membuat tekat serta semangat menghafal begitu besar, ketika keadaan berbalik, akan menjadikan diri malas serta futur disebabkan lingkungan yang bersebrangan.

Penulis : M. Uqbah Aziz
Share:

No comments:

Post a Comment

Labels